Batman (mulanya disebut
the Bat-Man) adalah tokoh fiksi
pahlawan super yang diciptakan oleh seniman
Bob Kane dan penulis
Bill Finger dan diterbitkan oleh
DC Comics. Tokoh ini pertama muncul di
Detective Comics #27 (Mei 1939). Ia juga dikenal dengan julukannya yang banyak diantaranya adalah sebagai "
the Caped Crusader", "
the Dark Knight", "
the World's Greatest Detective", atau secara singkat "
the Bat"; dalam kisah aslinya dan sangat banyak, identitas Batman adalah
Bruce Wayne, seorang pengusaha kaya. Nama Bruce Wayne itu sendiri diambil dari nama tokoh historis yaitu
Robert the Bruce dan
"Mad" Anthony Wayne.
Ia menyaksikan pembunuhan orangtuanya waktu masih kecil dan tergerak untuk memerangi kejahatan dengan berbagai senjata ciptaan sendiri. Batman beroperasi di
Gotham City, dibantu oleh
butler nya
Alfred Pennyworth dan rekannya
Robin. Tidak seperti superhero kebanyakan, dia tidak memiliki kekuatan super, ia hanya menggunakan intelejensi, ketrampilan sebagai detektif, ilmu pengetahuan dan teknologi, kekayaan, ketangkasan fisik, dan intimidasi dalam memerangi kejahatan.
Batman menjadi karakter terkenal dengan cepat setelah perkenalan dan akhirnya mendapatkan judulnya sendiri, Batman. Setelah dasawarsa pemakaian judul tersebut, perbedaan karakter telah muncul. Akhir tahun 1960-an serial Batman di televisi karakter Batman diubah menjadi lebih estetis selama bertahun-tahun sampai ceritanya usai.
Banyak kreator-kreator menciptakan untuk mengembalikan karakter Batman kepada cerita awalnya yang suram dan gelap, puncaknya di tahun 1986 mini series Batman:
The Dark Knight Returns, di tulis oleh seniman
Frank Miller dan kesuksesan sutradara
Tim Burton Batman 1989 membantu menghidupkan kelamnya karakter Batman ini. Sebagai simbol kultur, Batman telah di daftarkan dan di adaptasikan ke dalam berbagai media, dari radio sampai televisi dan film, dan muncul di macam-macam merchandise yang dijual di seluruh dunia.
Salah satu tokoh paling terkenal di dunia (ternyata) adalah seorang tokoh komik, Sang ksatria kegelapan. Batman. Batman diciptakan oleh Bob Kane dan terbitkan oleh DC Comics—Pengarang Sin City dan 300, Frank Miller sempat membuat salah satu grafik novel Batman. Ini sebenarnya bukanlah pertama kalinya Batman mendapat kesempatan beraksi di layar perak. Sebelumnya sudah ada The Batman Movie yang tampil sederhana dengan kostum apa adanya—waktu rilis juga menyebabkan Batman harus menghadapi komunis dalam filmnya. Ah, itu adalah film Amerika.
Superman: The Movie adalah pelopor berkembangnya tema superhero dalam industri perfilman modern—sekaligus salah satu film superhero terbaik yangpernah dibuat. Tentu teknologi adalah penolongnya. Anda bisa dibuat percaya bahwa manusia bisa terbang. Seluruh keluarga menyukainya. Dan Batman, ini “barang” yang berbeda dengan superman. Tokoh Batman tampak lebih nyata dengan segala kekurangannya—dan kelebihannya masuk masuk ke dalam logika—sementara banyak yang mengatakan bahwa Superman seperti anak utusan Tuhan untuk menjaga perdamaian di bumi. Batman hanyalah memberantas kriminal di kotanya, Gotham—salah satu set fiktif paling menarik yang pernah divisualisasikan.
Saya tidak yakin semua orang (termasuk yang menyukai Superman: The Movie) akan ikut menyukai Batman ini. Temanya tetap gelap dan nuansanya tetap kelam seperti pada komiknya. Sesuatu yang Saya temukan menarik adalah Batman bukan magis omong kosong. Anda lihat set-nya sendiri yang berasap, hancur, penuh debu dan jalanan yang perlu di sapu. Kegelapan yang bersinar. Khusus untuk ini, karakteristik sutradara Tim Burton begitu pas. Dia memang dilahirkan untuk membuat film sejenis—beberapa orang mengatakannya raja permainan gelap terang. Karakter badut di sini? Mereka mencoba menjadi terang untuk menjadi gelap.
Adalah temanya yang juga sedikit menyerempet ke jenis film noir: korupsi, keputus asaan, dan dunia yang penuh intrik kotor. Saya melihat polisi yang diam-diam memiliki kerja sama khusus dengan mafia di sini—adegan yang pasti akan dipotong oleh badan lembaga sensor film di negara kita. Dan dendam yang diperlihatkan—Jack Napier menjadi ingin membunuh Batman adalah hanya karena dendam. Roger Pratt tidak mengecewakan dalam sinematografinya untuk film superhero kelam ini.
Saya lebih suka cerita komik Batman daripada Superman karena karakter-karakter pada Batman banyak yang lebih menarik daripada Superman. Batman langsung harus berhadapan dengan musuh bebuyutannya, mafia Jack Napier (Jack Nicholson) yang akan menjadi The Joker—badut dengan make up putih, rambut hijau, dan goresan lipstick secara asal-asalan di atas mulutnya yang sudah disobek-sobek. Dalam komiknya, karakter The Joker tidak memiliki identitas yang jelas—yang kita ketahui, dia akan membunuh beberapa orang terdekat Bruce Wayne. Saya suka merenungkan bagaimana seseorang tiba-tiba saja menjadi gila dan ingin membuat komedi disela-sela pembunuhan. Wajar saja jika penulis lebih tertarik untuk mengulas sisi kelam karakter The Joker. Dia mendapatkan supremasi sama dengan kriminal-kriminal lainnya, dengan uang. Hanya saja, cara-cara The Joker lebih kotor dan yang paling menarik adalah dia tidak takut mati—seperti saat dia ditembaki oleh pesawat Batman dan sama sekali tidak menghindar. Dia pasti sudah tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Tidak ada pria yang ingin selalu dikatai, “Ada apa dengan senyum bodohmu, itu?”
Dalam plotnya, karakter Bruce Wayne (Michael Keaton) seperti tidak dijagokan sebagai tokoh utama—hanya Batman-nya saja. Tidak seperti sebuah film rintisan, Batman langsung dapat mengenakan jubah kebesarannya dan menonjok mulut penjahat. Hal yang berbeda dengan Superman: The Movie. Namun itulah kelemahan biasa sebuah film pahlawan super. Apa yang sebenarnya menarik adalah bukan pada bagaimana Batman bertarung bak Bruce Lee. Tetapi bagaimana dia menjadi seperti ini? Itulah yang Saya katakan karakter Batman sepertinya kalah pamor dengan The Joker—sekilas, diperlihatkan adegan orang tua Bruce ditembak. Bruce Wayne sendiri belum memberikan petunjuk bahwa dia seorang playboy. Kim Basinger diplot sebagai juru foto Vicky Vale, yang akan menjadi kekasih Bruce dalam filmnya—tetapi dalam hubungan yang serius.
Castnya sungguh tepat. Sudah di duga, yang mencuri perhatian adalah Jack Nicholson. Nicholson memperlihatkan bahwa tertawa adalah obat paling ampuh. The Joker adalah salah satu peran paling pas buat Nicholson—aktingnya juga begitu mempesona. Oscar? Sulit untuk menang penghargaan dari film besar seperti ini. Michael Keaton sendiri tidak tenggelam begitu saja saat memerankan Bruce Wayne. Wajahnya memang bukan tipe cowok imut yang suka menggoda wanita. Tetapi dia menunjukkan Wayne sebagai seseorang yang kurang pergaulan, dingin dan tertutup. Dan satu lagi untuk Billy Dee Williams sebagai Harvey Dent. Tidak ada masalah dengan penampilannya, Saya hanya sempat khawatir juga kalau melihat Two Face hitam—ternyata tidak.
Sscore dari Danny Elfman memperkuat mood. Aksinya boleh juga. Banyak sekali. Tentu saja setelah adegan klimaks dalam peringatan 200 tahun kota Gotham itu, dilanjutkan dengan pertarungan Batman dengan Joker—tetap bergaya badut. Mereka melakukan ini tidak sekedar untuk menambah durasi aksi saja, tetapi karena masing-masing memiliki dendam satu sama lain. Mereka punya sesuatu personal yang mengikat. Ya, mereka tahu alasan mengapa harus ada perkelahian—keputusan yang tepat untuk menunda kemunculan Robin. Storyboardnya juga sudah selesai. Lagi pula untuk apa bocah sirkus itu ikut bertarung?
Batman (Michael Keaton) dan The Joker (Jack nicholson) dalam Batman.
